Jumat, 10 November 2017
Jumat, 10 November 2017
- Oleh
Unknown
- Kategori
publikasi
Amuntai, Era globalisasi dengan diberlakukannya perdagangan bebas antar
negara menjadi salah
satu tantangan baru dalam pembangunan peternakan, disamping persoalan klasik seperti penyakit ternak
atau hewan menular. Meskipun
demikian, peternakan merupakan salah satu subsektor
dari pertanian
yang memiliki peranan cukup besar dalam perkembangan dan kemajuan bangsa
Indonesia. Hampir diseluruh daerah di Indonesia kita temukan peternakan, baik
yang berskala kecil maupun yang berskala besar.
Kegiatan peternakan tidak
dapat dipisahkan dengan penyakit ternak atau hewan menular. Kondisi iklim di
Indonesia yang saat ini tidak
menentu dan perubahan yang cukup ekstrim memberikan kesempatan penyakit ternak
atau hewan menular untuk berkembang, salah satunya flu burung. Flu burung
merupakan penyakit akut pada unggas yang disebabkan oleh virus, penyakit ini
bersifat zoonosis dan angka kematian cukuptinggi.
Mengatasi
persoalan flu burung, diperlukan pemahaman dan kerjasama dari semua pihak
seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, institusi pendidikan dan
penelitian, dan terutama pelaku usaha peternakan sendiri sehingga
langkah-langkah kita dalam mengatasi persoalan flu burung dapat terwujud.
BPTU-HPT Pelaihari bersama Dinas
Pertanian kabupaten Hulu Sungai Utara mengadakan Sosialisasi Kesehatan Hewan
Penyakit Avian Influenza (AI) pada Ternak Itik di aula Dinas Pertanian Jl.
Basuki Rahmat No. 9 Amuntai 71414 dengan narasumber drh. Muhammad Azhar Medik
Veteriner Madya dari Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, narasumber kedua drh Arief Supriyadi
M.Sc fungsional medik veteriner Balai Veteriner Banjarbaru dan narasumber
ketiga IM Unggul Abrianto staf BPTU-HPT Pelaihari.
Acara dibuka oleh bapak Sekretaris
Dinas Pertanian kabupaten Hulu Sungai Utara dan dalam sambutannya menyampaikan
tentang potensi peternakan itik di kabupaten Hulu Sungai Utara. Selesai acara
pembukaan dilanjutkan dengan pemaparan tentang profil BPTU-HPT Pelaihari dan
pemilihan bibit itik sesuai dengan standar SNI oleh narasumber dari BPTU-HPT
Pelaihari.
drh. Muhammad Azhar menyampaikan
materi tentang Pengenalan Penyakit Itik dan Manajemen Praktis Kesehatan Itik. Penyebab
dari kasus penyakit pada ternak diantaranya: kepadatan peternakan, sanitasi
buruk, waktu kering
kandang yang terbatas, manajemen buruk,
umur unggas bervariasi,
spesies lain di dalam peternakan.
Tanda-tanda itik sedang sakit adalah nafsu makan mendadak turun padahal
pakan tidak berubah. Bila itik mencret atau terdapat perubahan pada bagian
tubuhnyamenandakan penyakit
sudah berlanjut, tetapi belum tentu parah,
sebaiknya segera diambil tindakan yaitu dengan memisahkan itik yang
sakit dan menempatkannya di dalam kandang khusus (karantina) jauh dari itik
yang sehat. Langkah selanjutnya adalah segera membersihkan tempat makan/minum,
lantai/alas kandang dan tempat umbaran
itik dari fasesdan
dilakukan penyemprotan dengan desinfektan
Ketrampilan
peternak yang diperlukan
diantaranya membedakan penampilan itik sehat dan itik sakit, mengenali
bagian tubuh itik yang mengalami kelainan, menentukan langkah pertolongan pertama,
membedakan penampilan tinja (kotoran itik) yang normal dan yang sakit, mengetahui
tempat berkonsultasi bila terjadi gangguan penyakit, menyiapkan informasi
sebagai bahan konsultasi sehingga memudahkan dan mengarahkan dugaan jenis
penyakit sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Macam-macam penyakit pada itik
diantaranya kolera itik,
cacar itik, mata
putih, berak
darah, coryza
(pilek menular), penyakit
salmonella, aflaktoksosis, botulismus dan avian
influenza (AI) atau flu burung.
Gejala flu burung: menyerang itik semua umur, kesulitan berdiri dan berjalan, leher terputar,
pada itik dewasa terjadi penurunan produksi telur, pada itik muda terjadi
kematian mendadak dalam jumlah yang tinggi (mortalitas dapat mencapai 90%), penyebaran
penyakit berjalan sangat cepat.
Prinsip Biosekuriti: isolasi, lalu
lintas, pembersihan dan desinfeksi (sanitasi). Biosekuriti sederhana yang dapat
dilkukan: ada pagar keliling peternakan, ada tanda dilarang masuk kecuali
karyawan kandang, setiap orang yang akan memasuki areal peternakan harus dilakukan
desinfeksi terlebih dahulu, isolasi itik sakit dari yang sehat dan tidak
mencampurkan/hindari kontak pemeliharaan unggas air dengan ayam, penggunaan
pupuk kandang harus berasal dari kotoran itik yang sudah dikompos, dilarang
menggunakan sisa pakan dari peternakan ayam sebagai pakan itik, dilarang
menjual itik sakit ke pedagang dan melalulintaskannya, pembersihan dan
desinfeksi pada kendaraan yang mengangkut itik, pembersihan dan desinfeksi
dilakukan secara reguler pada peralatan kandang dll., fumigasi telur tetas
sebelum masuk inkubator bagi peternakan pembibitan itik skala besar, bagi
peternakan pembibitan itik skala kecil dilakukan desinfeksi permukaan telur
sebelum dibawa ke tempat penetasan, telur konsumsi harus dibersihkan terlebih
dahulu sebelum dipasarkan.
drh Arief Supriyadi M.Sc memberikan
materi tentang Hasil Survailans Penyakit
Itik di Kalimantan Tahun 2017, sebagai berikut:
Hasil
Pengujian PCR AI
Lokasi
|
Neg
|
Pos
|
Banjarbaru
|
3
|
3
|
Barito Kuala
|
4
|
14
|
HST
|
16
|
|
HSU
|
61
|
|
Kukar
|
3
|
|
Mempawah
|
40
|
|
Tanah Laut
|
416
|
|
Total
|
543
|
17
|
Hasil
Pengujian Ab AI
Lokasi
|
Neg
|
Pos
|
Banjarbaru
|
|
|
Barito Kuala
|
9
|
2
|
HST
|
|
|
HSU
|
102
|
|
Kukar
|
8
|
|
Mempawah
|
80
|
|
Tanah Laut
|
429
|
619
|
Total
|
628
|
621
|
Hasil uji
titer Ab ND
Lokasi
|
Neg
|
Pos
|
Banjarbaru
|
|
|
Barito Kuala
|
1
|
|
HST
|
1
|
|
HSU
|
|
|
Kukar
|
8
|
|
Mempawah
|
|
|
Tanah Laut
|
335
|
262
|
Total
|
345
|
262
|
IM Unggul Abrianto menyampaikan materi
tentang profil BPTU-HPT Pelaihari dan Standar Bibit Itik nomor SNI 7358-2008 tentang
bibit niaga (final stock) Itik Alabio
meri umur sehari dengan ciri-ciri kuantitatif bobot DOD per ekor minimum 37
gram, tingkat kematian DOD maksimum 2 % dan ciri kualitatif mulai atas kepala
sampai punggung bulu berwarna coklat sampai hitam, bagian samping kepala dan
badan, bulu berwarna kuning garis hitam horizontal mirip alis melintas mata, sayap
berwarna kuning dengan warna hitam di bagian atas dan ujung bulu ekor berwarna
hitam, paruh berwarna kuning pada bagian atas terdapat bercak hitam, kaki
berwarna kuning, kondisi fisik : sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak,
mata bersinar, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan
bentuk dan tidak cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering dan pusar tertutup.
Semoga sosialisasi ini bisa memberikan
pencerahan kepada peternak itik tentang pengelolaan aspek kesehatan hewan pada
peternakan rakyat dan memberikan petunjuk kepada peternak dalam mengambil
langkah pencegahan dan penanganan penyakit terutama flu burung pada itik.
-imunggulabrianto-
![]() |
![]() |
~ Publikasi Populer ~
-
Semakin meningkatnya keperluan akan protein hewani, menuntut dihasilkannya ternak bibit yang dapat menghasilkan produksi optimal. Dalam ...
-
Biosekuriti adalah suatu konsep yang merupakan bagian integral dari suksesnya sistem produksi peternakan unggas, khususnya petelur untuk ...
-
Sebuah catatan kecil dari Pertemuan Stakeholder Pembibitan Itik Nusantara Mitra BPTU KDI Pelaihari 2013 Minahasa Sulawesi Utara dan mengi...