Sabtu, 14 April 2018
Sabtu, 14 April 2018
- Oleh
Unknown
- Kategori
publikasi
Itik Alabio dan Manajemen Pemeliharaan
di BPTU-HPT Pelaihari
Usaha budidaya itik terutama itik petelur semakin berkembang,
baik untuk telur konsumsi maupun telur tetas. Di Indonesia sendiri dikenal
beberapa jenis itik lokal, salah satunya adalah Itik Alabio (Anas
Platyrynchos Borneo). Itik Alabio merupakan
jenis itik lokal unggul yang termasuk ke dalam plasma nutfah lokal Kalimantan
Selatan dan telah lama dibudidayakan oleh masyarakat setempat, terutama di
Kabupatem Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST) dan Hulu Sengai
Utara (HSU). Selain di tempat asalnya,
sekarang, itik Alabio sudah banyak dibudidayakan di Pulau Jawa dan Bali. Nama
Alabio sendiri berasal dari nama kecamatan dimana itik dipasarkan yaitu
Kecamatan Alabio, Amuntai, Provinsi Kalimantan Selatan.
Itik Alabio mempunyai keseragaman
bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan
adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan.
itik Alabio memiliki postur tubuh ramping seperti botol dengan warna
bulu itik jantan dewasa yaitu cokelat totol-totol hitam atau putih pada kepala bagian
atas; cokelat-abu-abu muda pada bagian punggung dengan ekor warna hitam melengkung
ke atas; dada berwarna cokelat putih keabuan; sayap berwarna cokelat kerlip
perak hijau kebiruan. Itik betina dewasa memiliki bulu hitam - putih pada
kepala bagian atas; cokelat keabuan pada bagian punggung, dada, dan sayap dengan
ekor lurus ke belakang. Adapun warna
ceker dan paruh itik alabio yaitu kuning gading tua. Warna kerabang telur itik
ini yaitu hijau kebiruan. Bobot badan itik Alabio
dewasa jantan dan betina masing-masing berkisar 1.59 – 1.72 kg. Produksi telurnya berkisar 67.11 – 76.48%
atau 220 -250 butir/tahun/ekor dengan puncak produksi telur 92.70%. Umur dewasa kelamin itik alabio dicapai pada
umur 5 – 5.5 bulan dengan lama produksi telur 2.5 – 3 tahun. SNI
7556:2009 menjelaskan persyaratan mengenai bibit induk (parent stock) itik
Alabio muda atau ciri-ciri tubuh dapat diamati yang menjadi pembeda dengan
bangsa itik lokal lainnya. Adapun untuk
persyaratan tentang bibit induk (perent stock) itik Alabio Meri terdapat
pada SNI 7557:2009.
Itik Alabio bisa dikategorikan ke dalam kelompok itik dwiguna,
selain dijadikan sebagai itik petelur, baik untuk produksi telur konsumsi ataupun telur
tetas, itik Alabio juga dijadikan sebagai penghasil daging terutama itik
pejantan jika nutrisi pakan terpenuhi dengan baik. Usaha budidaya itik Alabio sebagai
itik petelur, memiliki potensi yang menggiurkan dengan tingkat produksi telur
itik Alabio sendiri cukup bagus yaitu berkisar antara 200-250 butir per tahunnya
dengan berat rataan berkisar 70 – 80 gram. Selain itu, pertumbuhan berat badan
itik Alabio tergolong cepat.
Secara tradisional, itik Alabio dipelihara di daerah rawa
yang banyak terdapat di Kalimantan Selatan dengan sistem pemeliharaan dengan
sistem lanting. Pada sistem lanting, diharapkan itik Alabio memperoleh pakan
berupa keong air sebagai sumber protein dan pakan tambahan sagu atau dedak
sebagai sumber kalori di daerah rawa.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini itik Alabio sudah
banyak dibudidayakan secara intensif atau dengan dikandangkan dengan pemberian
pakan yang lebih diperhatikan. Berbeda dengan pemeliharaan secara tradisional,
pemeliharaan itik Alabio secara intensif membutuhkan pakan yang harus diberikan
kepada itik secara rutin. Pakan yang diberikan menentukan kualitas produksi
telur itik Alabio yang dihasilkan serta keamanan produk asal ternak itik.
Itik Alabio menjadi salah satu komoditi yang dikembangkan di
BPTU–HPT Pelaihari. Di BPTU–HPT
Pelaihari, itik Alabio dipelihari pada 4 jenis kandang yaitu kandang lantai, close
house, panggung dan baterai. Kandang
lantai setiap kandangnya terdapat 10 petak, sementara di kandang panggung
terdapat 10 – 12 petak per kandang dan untuk kandang baterai, setiap petaknya
diisi oleh 42 ekor itik dengan perbandingan jantan : betinanya adalah 1 : 6.
Pakan yang diberikan
kepada itik petelur, hendaknya telah terdaftar dan berlabel. Jenis, jumlah pemberiaan dan mutu pakan disesuaikan dengan
umur atau periode pertumbuhan itik. Mutu rangsum pakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, yaitu SNI 01-3908-1995 untuk Pakan Meri (Duck Starter) dari umur 1 hari sampai
dengan 8 minggu; SNI 01-3909-1995 untuk Pakan Itik Petelur Dara (Duck Grower) dari umur 8 minggu sampai
dengan 24 minggu; SNI 01-3910-1995 untuk Pakan Itik Petelur (Duck
Layer) di atas 24 minggu.
Di BPTU – HPT Pelaihari, pakan yang
diberikan pada itik yaitu pakan komersial lengkap. Pemberian pakan dilakukan
pada ember tempat pakan dengan takaran yang telah ditentukan disesuaikan dengan
jumlah dan fase pertumbuhan itik. Tempat
pakan diletakkan pada masing-masing petakan dalam kandang. Sementara untuk air
minum diberikan secara ad libitum yang diletakkan di bagian luar
kandang.
#nurulfadhilahabbas
![]() |
![]() |
~ Publikasi Populer ~
-
Semakin meningkatnya keperluan akan protein hewani, menuntut dihasilkannya ternak bibit yang dapat menghasilkan produksi optimal. Dalam ...
-
Biosekuriti adalah suatu konsep yang merupakan bagian integral dari suksesnya sistem produksi peternakan unggas, khususnya petelur untuk ...
-
Sebuah catatan kecil dari Pertemuan Stakeholder Pembibitan Itik Nusantara Mitra BPTU KDI Pelaihari 2013 Minahasa Sulawesi Utara dan mengi...